sperpart

Rabu, 17 September 2008

Pilah Pilih Knalpot

dikutip dari www.motorplus-online.com
Exhaust atau lubang buang, juga punya peran penting dalam setingan motor korek harian alias Kohar. Artinya, pemilihan knalpot musti seirama karakter mesin. Tentu ada patokannya. “Dilihat dari angka durasi buang pada kem, serta tinggi rpm atau torsi maksimum yang dicapai,” jelas Galan Ridwan, teknisi mesin yang gape urusan knalpot.

Lebih jelas, bisa lirik lagi Em-Plus edisi 267/V halaman 16. Di situ semua jelas dipaparkan, lengkap berikut tabelnya.

Nah, mengacu dari rumus itu, Galan bikin kira-kira untuk korekan harian, yang ubahannya kem-nya tidak terlalu ekstrem. “Saya kira, panjang header knalpot ideal berkisar antara 58-64 cm. Itu kalau lihat kira-kira bukaan klep buang sebelum TMB (Titik Mati Bawah) antara 65 sampai 70 derajat,” jelasnya.

Ingat! Yang disebut panjang header knalpot. Itu adalah antara ujung yang dihubungkan ke lubang exhaust sampai ke batas sebelum diameter membesar atau bufle.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam memilih knalpot, adalah soal diameter lubang knalpot Galan kasih ancer-ancer gampang soal itu. “Cari aman, samakan dengan diamater klep buang,” jelasnya singkat.

Kalaupun ada toleransi, maka tidak boleh lebih dari 10 persen lebih kecil dari angka itu. “Semakin kecil, tenaga atas makin pendek,” papar mekanik yang tinggal di Jl. Haur Mekar, No. 30, Bandung, Jawa Barat ini.

Satu hal lagi, lihat juga soal lekukannya. Yang utama, jangan sampai lekukan mengubah diamater. “Misal bikin gepeng pipa. Itu jelas mengganggu. Makanya, cari lekukan yang bagus,” ingat Galan lagi.

Nah, udah bisa milih knalpot ideal buat Kohar, kan?

Membuat Batasan Korek Kem


Korek harian (kohar), sah-sah saja korek kem. Bisa dipangkas atau diganti dengan kem modif. Tapi tentu tidak ekstrem seperti halnya di balap. “Kohar perlu dipikirkan ketahanan untuk harian. Lagian, komponen pendukung lain masih standar,” jelas , mekanik Jogja yang kini tangani Suzuki Istana Asevedo Racing, Purwokerto, Jawa Tengah.

Olah kem, langkah pertama tentukan dulu tinggi angkatan klep (lift). Tak perlu tinggi-tinggi. “Makin tinggi lift, per-klep makin tertekan. Dipake harian riskan boros per-klep,” tambah laki-laki hitam manis ini.

Untuk patokan, Dapat dirumuskan. Tinggi lift cukup 30% x diameter payung klep in. Misal untuk Shogun 110, lift maksimal 30% x 25 mm = 7,5 mm.

Cara pangkasnya, setengah badan kem, yaitu pada bagian yang bawah atau yang gemuk, dikikis rata seluruh bagian (gbr. 1). “Misal 0,8 mm, maka pangkasan harus rata seluruhnya. Awas, jangan sekali-kali ubah bagian pucuk kepalanya. Karena akan mengubah lube center (lb),” ingatnya.

Lho, apa itu lube center (LB)? Coba dibuka di situs Accelerated Motion Performance Product. Definisi LC adalah derajat dari titik mati atas menuju puncak bumbungan kem.

Lanjut ke pangkasan cari lift. Darojat kasih ilustrasi pangkas 0,8 mm pada kem Shogun 110. Hasilnya, lift jadi 6,6 mm. “Tinggal hitung persamannya kalau mau pangkas lebih,” jelas mekanik berambut kriting ini.

Lanjut ke durasi yang tidak butuh terlalu lama. Itu justru tidak efisien. Lagi-lagi, faktornya karena komponen lain tidak banyak berubah. “Cukup 300 derajat,” asumsi Darojat.

Untuk nentuin bukaan klep in, pakai rumus patokan durasi dibagi 2 dikurangi lube center (LC). Misal Yamaha Vega dengan LC = 102, ingin dicari dengan bukaan 300 derajat. Maka bukaan klep masuk adalah (300/2)-102 = 48 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Klep masuk menutup dicari dengan rumus durasi-180-bukaan in, atau 300-180-48. Ketemu angka 72 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah).

Untuk klep buang, tinggal dibalik. Buka 72 derajat sebelum TMB dan menutup 48 setelah TMA. Cara pangkasnya, kikis pinggang bagian atas ke arah kepala kem (gbr. 2). “Cukup disesuaikan. Dipangkas sedikit bertahap, lalu di cek sampai ketemu durasi yang diinginkan,” paparnya. Tapi harus tahu dulu posisi top atau TMA di kem.

Ingat, pangkasan juga harus rata dan sesuai profil kem. “Kalau enggak sesuai dampak akan terasa. Pembakaran tidak sempurna. Mesin enggak njerit. Kerak juga banyak di ruang bakar,” ingatnya.

Kemudian, untuk deteksi fungsi per klep, bisa dilakukan dengan menggerakan gigi sentrik (gbr. 3). Rasakan saat diputer. Kalau dirasa ada hambatan, berarti per enggak main. Perlu diganti. Paham?

patokan batas kompresi

Patokan kompresi korek harian alias kohar 4-tak, sudah pasti enggak bisa jor-joran. Alasan paling mendasar, soal bahan bakar yang digunakan. Motor kohar nggak mungkin pakai bensol. “Kalau nggak Premium, ya Pertamax. Oktan nggak terlalu tinggi. Kompresi tinggi dampaknya detonasi dan nggelitik,” jelas Ibnu Sambodo, begawan korek 4-tak Manual Tech.

Pakdhe, panggilan akrab Ibnu Sambodo, kasih ancer-ancer. Patokan kompresi jangan lebih dari 11 : 1. “Pangkasan total maksimal kira-kira 1 mm saja,” tambah mekanik Suzuki Hendriansyah Pennzoil itu.

Cara pangkas bisa berbagai macam. “Bisa pangkas blok antara 0,3 sampai 0,5 mm. “Demikian juga kepala silinder. Jangan lebih dari itu,” tambah Andika Bintang Budaya alias Gandhoz pengajar di sekolah mekanik HMTC.

Atau, bisa saja dengan mengurangi tebal paking blok dan head. Misal dari 0,6 mm diganti 0,3 mm. Lumayan bisa mendekin 0,3 mm. Baru kekurangannya ditambah lewat pangkasan.

Kalaupun mau pangkas, mending pilih salah satu saja. Mau blok atau kepala silinder. “Jadi kalau mau distandarin lagi, tidak perlu ganti dua-duanya. Kan, yang satu bagian masih orisinal. Kalau blok yang dipangkas, cukup ganjal blok bawah dengan paking aluminium. Bisa standar lagi,” kata Pakdhe kasih tips. Bener juga, tuh.

Mengikuti ubahan itu, piston juga wajib kena pangkas. Agar posisinya sesuai perubahan blok dan head-nya. “Kan bentuk dan panjang ruang bakar sudah berubah. Kalau nggak diubah, piston akan nongol. Makanya, harus disesuaikan juga bentuknya,” tambah Pakdhe.

bikih korekan harian dengan aman

Populasi bebek 4-nada kian bengkak. Yang nyemplak tidak mulu ibu-ibu ke pasar, nona-nona ke sekolah dan bapak-om ke kantor. Atau ojeker yang maunya irit. Tapi, bebek ini jadi kebanggan anak muda. Lebih ekstrem lagi, anak muda aliran olip alias ogah disalip.

Kalangan penyuka 4-tak ini, tentu belajar dari balapan. Entah itu MotoGP atau pasar senggol. Oooo... nyatanya 4-tak juga bisa kencang, ya. Berarti bisa kena sentuhan kohar alias korek harian. Iya, motor yang disuntik kemampuannya dari kondisi standar pabrik. Di zaman 2-tak, disebut korek jalanan.

Nah, era 4-tak sebut saja si kohar tadi. “Korek harian sama saja dengan korek jalanan. Intinya, lebih enak dari standar pabrik,

Aroma kohar wajib dibatasi. Otak-atik komponen mesin ditujukan sebagai kendaraan penunjang rutinitas. Fungsi, ketahanan, serta kenyamanan tetap kental pada kohar. “Lebih enak sekitar 20 persen tenaganya dari pabrik,” jelas Andika Bintang Budaya alias Gandhoz, mekanik yang juga instruktur HMTC.

So, bisa dipahami kan? Kohar bukan korekan balap. Ini pada 4-tak saat ini. Dulu, era 90-an, korek harian di 2-tak identik dengan balapan benaran 2-tak. Terutama kelas standar pemula 110 cc 2-tak. Di kelas ini, dilarang mengganti komponen dengan kompetisi. Murni bawaan pabrik yang dikorek di sana-sini.

Sementara, balap 4-tak di pemula dan senior, motornya setara. Yang membedakan kategori pembalapnya. Makanya, “Spek 4-tak untuk balap tak bisa mentah-mentah diterapkan di korek harian,” jelas tambah Gandhoz.

Kohar telah lama dikenal. Ya, sejak motor dijual. Biasa, itu hobi otak-atik menjalar ke jalanan. Dulu, lebih akrab disebut korek jalanan. “Apalagi saat kebut-kebutan di jalan ramai. Korek jalanan banyak dilakukan bengkel umum. Tapi masih murni akal-akalan mekanik,” kata Chairul alias Bang Yun, mekanik Yun’s Motor di Joglo, Jakarta Barat.

Perkembangan teknologi, kohar tidak sekadar mengandalkan mekanik. Onderdil pendukungnya, marak diperjualbelikan. Contoh, ratusan jenis knalpot racing, onderdil mesin, pengapian, bahkan peranti ciet. Kohar pun dapat angin. Bagi oknum anak muda, eh, malah berlanjut ke bali. Yang ini mah keliru.

Makanya, sesuai definisinya, kohar harus tetap mengandung tiga hal. Yaitu, fungsi, kenyamanan dan keamanan. Tetap punya perlengkapan lalulintas, rem pakem, dan layak bagi umum.

Kan korek harian tidak mengubah fungsi utama. Dia tetap sebagai kendaran sehari-hari mengantar sampeyan sampai tujuan. Berarti, setingan tidak terlalu boros dan tahan alias tidak rentan jebol. Makin ekstrem ubahan, kian rawan daya tahannya. “Memaksakan kemampuan motor jelas punya risiko. Kecuali sekalian ikut balap,” wanti Bang Zai lagi.

Unsur keamanan, ubahan korek harian musti mengikutkan standar. Misal, ubahan pada ban dan sistem pengereman bisa mendukung kecepatan akibat dikorek. “Ini wajib, termasuk untuk 4-tak,” tambah BangYun.

limbah atau after market buat modifikasi ??

Modifikasi yang sering disingkat para bikers dengan istilah modif, sejatinya dilakukan untuk meningkatkan performa dan tampilan. Biar lebih manis dan lebih fungsional. Hanya saja, kadang kita bingung modif mulai dari mana, dengan apa, di mana?

Bagi banyak orang modif dimulai dari tampilan. Sengaja demikian karena lebih mudah terlihat. Istilahnya agar tampil beda. Tampilan tersebut menyangkut bodi, sasis, stang, maupun ajrutan (kaki-kaki). Bodi bisa dicat-ulang agar lebih manis. Klir disesuaikan atau diberi sentuhan finishing yang lebih semarak. Bagi sebagian lagi, dimulai dari mesin dan sasis. Gunanya untuk meningkatkan kecepatan sekaligus memperbaiki pengendalian (handling).

Pertanyaan selanjutnya, dengan apa modif dilakukan. Apakah perlu menggunakan libah motor gede (moge) ataukah cukup menggunakan perangkat aftermarket?

Kebanyakan pemula modifikasi memulainya dari barang-barang yang tersedia dipasar yang disebut aftermarket. Di samping lebih murah, juga lebih mudah didapatkan. Tak kalah pentingnya gampang dicicil satu persatu.

Dalam kasus Indonesia, barang-barang aftermarket berkualitas masih relatif sulit ditemukan. Rata-rata barang yang ada di pasaran berasal dari Thailand dan China. Dengan modal meniru berbagai komponen versi motor buatan Jepang atau Italia yang lebih bermutu, pasar modifikasi kita dibanjiri berbagai perangkat pemanis motor.

Di negara seperti Thailand, hampir seluruh modifikasi didasarkan pada barang aftermarket. Demikian pula halnya di Eropa dan Amerika Serikat. Pertumbuhan industri manufaktur otomotif sudah sedemikian pesat sehingga hampir setiap tipe motor yang baru juga disertai versi upgrade modifikasinya. Di samping itu kultur industri otomotif di negara-negara tersebut membuat orang lebih nyaman dan cepat untuk memasang perangkat aftermarket yang tersedia di mana-mana daripada harus berburu limbah dan menunggu modifikasi selesai.

Bagi yang tidak puas dengan barang aftermarket sehingga ingin memodifikasi secara ekstrim, kebanyakan bikers berusaha mengaplikasikan limbah moge di besutannya. Keuntungan aplikasi perangkat moge, seperti garpu sok depan, swing arm dan sok set, hingga body set, memberikan tampilan lebih kekar dan stylish. Bahkan tidak jarang, limbah memberi keuntungan lebih dari sisi kekuatan dan kenyamanan.

Banyak limbah yang tersedia di pasaran saat ini untuk diaplikasi pada motor-motor sport turing seperti Tiger, Scorpio, atau Thunder. Yang sedang banyak dipasaran adalah limbah Aprilia rs 125, Cagiva Mito, Honda NSR Hornet, Suzuki GSXR 400, Honda CBR 400, dan Yamaha TZR. Total biaya untuk menebus limbah saja rata-rata dibutuhkan 5-7 juta. Dengan memasukkan unsur pemasangan, setting dan balancing ulang, serta ongkos pernak-pernik untuk merapikan modifikasi, maka biaya modifikasi dengan limbah bisa membengkak menjadi 7-10 juta.

Jika butuh yang lebih berkelas bisa juga mengorder limbah Aprilia RS 250, Honda RVF/VFR, bahkan Ducati versi Massimo Tamburini. Biaya pembelian limbahnya saja bisa mencapai 12-15 juta. Tambahkan ongkos pasang/setting dan pengrapian di sana-sini. Total biaya bisa mencapai 15-17 juta. Hanya saja limbah jenis ini harus diorder khusus karena tidak banyak tersedia dipasaran.

Menyangkut tempat modifikasi sangat bergantung pada komponen yang digunakan. Biasanya modifikasi barang aftermarket bisa dilakukan oleh montir semi profesional di bengkel-bengkel asesori motor. Ini mengingat barang aftermarket biasanya sejak awal dimanufaktur sesuai setting standar motor yang beredar dipasar dan bisa langsung pasang alias bolt-on.

Sebaliknya untuk pemakaian limbah moge, hampir dipastikan harus dilakukan dibengkel/workshop modifikasi. Sebab setiap limbah memiliki karakteristik yang belum tentu langsung padu dengan motor yang ingin dimodif. Karena itu, modif limbah lebih banyak memasukkan unsur kreasi seni bersama-sama dengan kemampuan mekanis sang modifikator. Selamat mencoba. “Inga-inga, sekali terjangkit virus modif, menghentikannya harus dengan jual motor.”